Rabu, 24 November 2010

JERRY AURUM FEMALOGRAPHY



Jerry Aurum pengagum wanita

Ini yang dikatakan Jerry mengenai wanita dalam bukunya
“Strange creatures, I Thought. Women were created having unlimited powers. Everything about them changes humanity. They are source of great inspirations that shape the world. Daily. Constantly. Yet they are often blamed for men’s struggles and failures, both in love and in life.”

Inilah yang menggugah Jerry untuk memotret wanita sebagai “subyek”, bukan “ obyek” , maka Jerrypun memulai proyek “wanita” nya.
Jerry selalu melihat wanita hanyalah dijadikan obyek dalam fotografi, dan semua foto hasil karya fotografer adalah sama dengan karya fotografer lainnya , maka Jerry akan melakukan sesuatu yang “berbeda” dengan fotografer lain.

Jerry selalu mendalami subyeknya, dan biasanya harus saling mengenal sebelumnya. Jerry akan menanyakan pada “calon modelnya” (tentu saja wanita), sebenarnya imajinasi apa yang dimiliki oleh sang model. “Kamu anda mau saya foto, sebenarnya anda ingin seperti apa dan sedang berbuat apa”, gitulah kira-kira. Ternyata, setiap wanita memiliki imajinasi yang berbeda, bisa saja ada yang ingin di foto dalam keadaan terbang, melayang, sensual atau horor. Disini Jerry meng kawinan antara idenya sendiri dengan karakter dan imajinasi sang model. Jerry yang lulusan cum laude Visual Communication Design senirupa ITB , langsung membuat sketsa kira-kira apa yang akan di visualisasikan dengan fotografinya.

Maka lahirlah buku Femalography yang dari halaman awal sampai akhir, selalu menampilkan foto yang sejak awal konsepnya berbeda dengan foto yang sebelumnya ia buat.
Presentasi pertama di pertemuan LFCN dimulai dengan foto “Setan merah” (dalam buku berjudul RED 2004), sang model di cat merah seluruh permukaan kulitnya, kemudian Jerry membuat bak mandi kayu, yang dilapisi terpal merah . diisi air dan model merah yang berbalut kain merah masuk ke dalam bak tersebut. Untuk mendapatkan hasil maksimal, ia mengambil angle dari atas model, yaitu membuat menara kayu setinggi 7 meter di atas sang model .
Foto lain “Spring 2006” menampilkan Dian Sastro berbaring santai di kebun ber alaskan dedaunan kering, lengkap dengan keranjang piknik, asisten menjatuhkan bunga-bunga dan Jerry menambahkan satu single flash yang berfungsi seolah matahari bersinar.
Jerry yang sangat jarang menggunakan photoshop, sering mewarnai subyeknya dengan cat., atau melukis di permukaan kulit sang model., maka tampillah “Terre in Blue 2005” , dan foto-foto lainnya.
Untuk memvisualisasikan dunia tanpa gaya tarik bumi, Jerry meminjam suatu lokasi resto-cafĂ© yang hanya diijinkan untuk digunakan selama 2 jam, asisten harus melemparkan benda benda pada saat yang bersamaan dan sang model harus dibuat se akan melayang, maka tampilah “ Zero gravity 2004”
Masih banyak yang dibahas pada malam tersebut, pada sesi Tanya jawab, ada pertanyaan antara lain, dasar referensinya Jerry apa? Ternyata Jerry menjawab bahwa yang dilakukannya adalah TIDAK melihat dulu hasil karya fotografer lain, karena bila melihat, ia akan terinspirasi dan hanya melakukan inovasi. Kalau begitu dimana sumber pencarian Jerry?
Jerry mengungkapkan inspirasi kreatif dalam dirinya berasal dari dosennya di ITB yang mengatakan bahwa :” If you want to be a good designer, learn from a good designer; but if you want to be a GREAT designer, learn from EVERYTHING”
Jerry merasa ide-ide kreatif terus menerus tampil di pikirannya, bukan hanya karena melihat sesuatu secara visual, namun ide-ide visualisasipun silih berganti muncul saat ia membaca novel misalnya. Ketika ditanya semalam saat ia presentasi, Jerry mengatakan, saat sekarang mungkin ada sekitar 450 ide kreatif yang silih berganti muncul dalam alam pikirnya .

Mengenai launching buku FEMALOGRAPHY , Jerry menjelaskan, buku sengaja di launching di Singapura untuk mencegah polemik di dalam negeri (walaupun kemudian di launching juga di TB Kinokuniya Plaza Senayan). Di Singapura, Jerry membawa bukunya ke kedutaan Indonesia Singapura untuk dibuka oleh pejabat Indonesia . Apa yang didapat? Ditolak oleh Kedutaan, dengan alasan yang tidak jelas. Jerrypun berpaling ke kementrian Kebudayaan Singapura, yang dalam waktu 2 jam, kementerian memutuskan akan men sponsori pameran selama 10 hari, bahkan di pamerkan di gedung kementerian tanpa biaya sepeserpun. Pameran Femalography Jerry Aurum di Singapurapun bergaung luas termasuk ke negara-negara lain. Jerrypun sempat ber pameran di Belanda juga mendapatkan sambutan dan diskusi dari para pecinta seni dan fotografi. Sekarang kita nantikan bersama Femalography II yang sedang disiapkan Jerry.
Lebih jauh dengan Jerry Aurum: www.jerryaurum.com

Selasa, 23 November 2010

Sejarah Salon Foto Indonesia pertama dan lahirnya FPSI


Di tahun 1973, atas prakarsa LFCN dan PAF Bandung, diadakanlah SALON FOTO INDONESIA yang pertama oleh LFCN. Pada akhir Desember 1973, diadakan pameran SFI 1973 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pada saat itu, belum ada FPSI.
Penyelenggara SFI 1973, memfasilitasi Rapat kerja guna membentuk Federasi Perkumpulan2 Senifoto Indonesia (disingkat FPSI) pada saat berbarengan setelah upacara pembukaan pameran salon foto.
Walaupun pembentukan FPSI di fasilitasi oleh LFCN, namun di tahun 1975, Ketua FPSI pertama, Prof Dr RM Soelarko menyempatkan diri menerbitkan PIAGAM PENGHARGAAN pada LEMBAGA FOTOGRAFI CANDRANAYA sebagai penyelenggara SALON FOTO INDONESIA 1973. Suatu dokumen sejarah , karena tanpa ada yang pertama, tidak ada yang kedua dan selanjutnya. Ditengah usaha-usaha sebagian pihak mengecilkan peran LFCN dalam dunia senifoto Indonesia, dokumen ini menjadi sangat penting.
Filosofi dasar pembentukan FPSI yang di prakarsai oleh PAF Bandung dan LFCN Jakarta di tahun 1973 adalah kebersamaan dalam hobi fotografi.
Sangat ironis,saat ini, hubungan antar klub di Federasi FPSI mungkin tidak akan kembali harmonis seperti dimasa-masa sebelumnya (sejak 1973), karena sudah ada permainan-permainan tidak etis dan pelanggaran AD ART organisasi. Prinsip kebersamaan dan saling menghormati sudah ditinggalkan. Surat resmi dan pendapat dari salah satu klub pendiri FPSI di abaikan, malah federasi memaksakan menerima klub calon anggota yang baru eksis beberapa bulan dengan cara nekat yaitu melanggar AD/ART organisasi. Hal ini akan merupakan catatan sejarah yang tidak akan bisa dihapuskan.
Untuk mendapatkan dokumen foto Salon Foto Indonesia pertama, silahkan buka disini disini

Kilas Balik 19 Juni 1994


Lebih dari 16 tahun yang lalu, Bapak H.Budiardjo (almarhum), mantan Menteri Penerangan era Soeharto, Ketua FPSI dan juga Ketua renovasi akbar Candi Borobudur, mengumpulkan sisa-sisa aktivis LFCN.
Pesan beliau adalah : pertahankan eksistensi LFCN, karena tanpa LFCN, tidak ada sejarah dunia (seni) fotografi Indonesia seperti saat ini.

Terlampir undangan di kertas yang sudah menguning yang masih tetap menjadi ARSIP PENTING bagi kami untuk tetap melestarikan dan memajukan kembali Klub Foto LFCN yang lahir sejak 1948.

Pertemuan pengurus LFCN dengan tim Mediasi PAF Bandung


Tanggal 21 November 2010 pagi, 3 pengurus LFCN bertemu dengan tim dari PAF Bandung, dengan tujuan memberikan alasan keberatan penolakan LFCN terhadap keanggotaan penuh GPA di FPSI.
Pertemuan berlangsung dengan santai tapi serius. Terimakasih kepada "saudara tua" PAF, yang bersama LFCN di tahun 1973 menjadi memprakarsa terbentuknya Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia (FPSI).
Saat ini, kemelut yang tadinya merupakan masalah intern LFCN, sudah menjalar ke tubuh FPSI . Ini disebabkan karena masing-masing pihak tidak menggunakan aturan yang sama yaitu AD dan ART FPSI.

Walaupun FPSI berbentuk federasi, semua sudah paham bahwa sekarang sudah ada klubfoto "anak emas" yang diberikan kesempatan lebih besar dan mungkin ada pula klubfoto yang "anak tiri" . Masalah kesetaraan anggota Federasi dan saling menghormati sudah jauh dari riwayat dan sejarah FPSI sebelumnya (sejak 1973).

Komitmen LFCN adalah: LFCN akan tetap memajukan dunia fotografi di Indonesia dengan dasar idealisme, bukan berdasarkan mencari popularitas atau kekuasaan.