Kamis, 29 Desember 2011

LFCN tidak akan menerima Piala Bergilir FPSI


Dalam Salon Foto Indonesia ke 32 di Makassar yang lalu, LFCN terpilih sebagai KLUB TERBAIK Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia (FPSI) . Sesuai dengan brosur dan publikasi sebelumnya, dikatakan bahwa Klub terbaik akan menerima PIALA BERGILIR KEMEN BUDPAR.

Ternyata LFCN hanya menerima selembar sertifikat, itupun tanpa tandatangan atau stempel yang berwenang . Sertifikat diterima oleh Bpk Soebagio Wahjudi (penasehat LFCN)di makassar,lihat blog sebelumnya.

Silahkan membaca dan menyimpulkan sendiri surat jawaban dari Ketua FPSI.

Terimakasih kepada para anggota LFCN yang setia mengharumkan nama LFCN di SFI dan kami mohon maaf bilamana tidak dapat menghadirkan PIALA BERGILIR tersebut.

Piala "BERGILIR" Kemenbudpar baru pertama kali diadakan di SFI 31 Batam (2010), dimana saat itu dimenangkan oleh (Batam Photo Club).

More CNPS member got International Photographic Distinction



Congratulations to Mr.Djoko Joedaatmadja, PSA 2 * (nature), PSA 2* (CPID) who's just got the Photographic distinction from Photographic Society of America as a 2 stars exhibitor in Nature Division and CPID .
More and more Indonesian photographers (Candra Naya Photographic Society member) will get the International photographic distinction in the very near future.

Jumat, 16 Desember 2011

Al Thani Honour Gold Medal Award for Indonesian Photographer


DOHA, QATAR, 14th Dec 2011
Indonesian prominent lady photographer, AGATHA ANNE BUNANTA received AL Thani Honour Gold Medal Award for Photography directy from Sheikh Saoud Al-Thani in Doha.
Agatha was one of jury from the Al Thani Award of Photography 2011.
The gold medal is oversized, bigger than the palm of an adult



Agatha Anne Bunanta mendapatkan " Al Thani Award Honour Gold Medal"
langsung dari Sheikh Saoud Al-Thani di Qatar, Doha pada tanggal 14
Desember 2011.
Tidak semua juri Al-Thani mendapatkan award ini, sebaliknya ada pula
yang non jury yang mendapatkan award. Daftarnya ada di katalog Al
Thani yang sebentar lagi dikirimkan kepada para peserta.

Pada lomba Al Thani award, para jury juga dipersilahkan memilih 1 foto
favorit, dan pemotretnya menerima hadiah $ 1000. Kali ini " Agatha
Bunanta Award" jatuh pada fotografer Howard Schatz, USA dengan judul
foto "Coprs de ballet".

Medali emas yang diterima Agatha, bukan main-main, ukurannya
"oversize" se ukuran telapak tangan orang dewasa.

Minggu, 04 Desember 2011

GOLD MEDAL for CANDRA NAYA P.S.


Dr Chris Hinterobermaier dari Trierenberg Super Circuit 2011 menyerahkan GOLD MEDAL untuk Candra Naya Photographic Society Indonesia sebagai Pemenang Best Digital Club kepada Dr Edwin Djuanda, Ketua Candra Naya Photographic Society di Linz, Austria.

Dr Edwin Djuanda (Chairman Candra Naya Photographic Society, Indonesia) received GOLD MEDAL from Dr Chris Hinterobermaier (Trierenberg Super Circuit 2011) as a winner from BEST DIGITAL CLUB in Linz, Austria.

Sabtu, 03 Desember 2011

Candra Naya Klub terbaik FPSI 2011


Candra Naya Photographic Society (LFCN) terpilih sebagai klub foto terbaik Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia (FPSI)di Salon Foto Indonesia XXXII- Makassar.
Berarti anggota LFCN jumlah foto terpilihnya paling banyak dibandingkan dengan klub foto anggota FPSI lainnya.Beberapa nama yang memperkuat LFCN dan mendapatkan medali/ penghargaan antara lain: Bpk Abiprayadi Riyanto, Indra Premeswara, Deddy Suwanda, Agatha Bunanta, Edwin Djuanda, dsb Nama-nama lain menyusul.

Sertifikat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia diberikan oleh Bpk Johnny Hendarta (Ketua FPSI), kepada pengurus LFCN yang di wakili oleh Bpk Soebagio Wahjudi (Penasehat LFCN, mantan Ketua FPSI) di Makassar pada tanggal 26 November 2011.

Sedangkan Piala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk klub terbaik,sampai saat ini - belum di terima oleh Candra Naya.
Pemilihan Klub terbaik dalam SFI, baru dimulai tahun lalu pada Salon Foto Indonesia ke 31-Batam.

Candra Naya Photographic Society was chosen as THE BEST PHOTO CLUB in INDONESIA (2011), during the yearly event of " Salon Foto Indonesia"

Selasa, 29 November 2011

Liputan: AGATHA BUNANTA sebagai JURI AL THANI AWARD


Bertempat di Linz, Austria, pada tanggal 29 dan 30 Oktober 2011, Agatha A Bunanta ARPS, PPSA, EFIAP melakukan tugasnya sebagai salah satu juri lomba foto ber hadiah paling besar yaitu Al Thani Award of Photography.

Susunan.

International jury: Svetlana Bobrova / Russia, Agatha Bunanta / Indonesia, Sufyan Hussein / Schweden, Gia Trung / USA, Manolis Metzakis / Greece, Eero Venhola / Finland

Chairman: Dr. Chris. Hinterobermaier / Austria, Alternate members: DI Markus Lauboeck / Austria, Alfred Zukrigl / Austria, Observers: Abdulrahman Fakhroo / Qatar, Jassem Al-Mohannadi / Qatar

Penyerahan hadiah para pemenang utama akan dilakukan di Doha, Qatar pada Desember 2011. Pengiriman buku luks katalog kepada seluruh peserta 12 Januari 2012.

Agatha Bunanta, photo-artist from Indonesia , one of the reputable International judges for the Al Thani Award of Photography 2011 , during the judging session of the Salon, 29th-30th October 2011 in Austria

Sabtu, 15 Oktober 2011

RARINDRA PRAKARSA People & Portrait Photography


(Liputan)
Lebih dari 120 fotografer menghadiri acara " People and Portrait Photography" -Alam mimpi- Rarindra Prakarsa di pertemuan LFCN Jumat 14 Oktober 2011. Dari awal, RDP langsung menampilkan hasil-hasil karyanya yang memadukan manusia dengan keindahan alam sekitarnya. RDP sangat menyenangi foto-foto Indonesia yang dibuat pada jaman Belanda era tahun 1930-1940an, dimana saat era itu senilukis di Indonesiapun mengandrungi tema " Mooie Indie" atau Indonesia Indah. Tidak mengherankan bila banyak dari foto karya RDP memiliki nuansa-nuansa "kuno" :desaturated, agak sepia, kabut, asap (identik dengan "Flare" lensa jadoel yg masih tanpa coating?). Karya RDP memang memiliki ciri sangat khas, sehingga di dunia international banyak pembahasan mengenai " RDP style" .
Bila kita perhatikan, foto2 RDP sangat kuat di lighting: hampir selalu ada highlight di tempat yang tepat. Selain itu juga ekspresi dan alam sekitar dimana subyeknya berada dipadu dengan sangat serasi. Memang, RDP memiliki style :khas" yang sangat impresif.

Lomba Foto "Indonesia" Sept-Okt 2011


Lomba di web di ikuti 70 peserta dengan 352 foto
Para pemenang:
JUARA 1: Putri JFC – Mohamad Zainuri- Lumajang
JUARA 2: Sungai Di Balik Ngarai – Henry Tanojo - Padang
Juara 3: Indonesia memancing – I Gede Lila Kantiana
Harapan 1: Smash – Hendro Heryanto
Harapan 2: Malam Waisak – Agung Mardiyanto -Solo
Harapan 3: Bromo – I Made Agus Dwiatmika
4 Finalis:
Power of Spiritual – Agung Mardiyanto-Solo
F.Main Air – Suhendro Laksono
F.Ketika Senja Tiba – Henry Tanojo-Padang
F:Fire Dance – Agung Mardiyanto-Solo
SPONSOR:
BURSA KAMERA PROFESIONAL
ALTA VISTA
JOHN TEFON

Minggu, 09 Oktober 2011

Pertemuan LFCN 14 Oktober 2011: RARINDRA PRAKARSA


“ALAM MIMPI” RARINDRA PRAKARSA
Rarindra Prakarsa (RDP), pertama kali belajar fotografi sejak 1993, dan masuk ke fotografi digital sejak 2003. Sejak awal menekuni fotografi senang dengan subjek manusia.
Seringkali dipadukan dengan lingkungan tempat manusia berada. Dan sering juga hanya mengdepankan karakter manusia yg disampaikan dlm bentuk portraiture.
Karya-karyanya bagaikan “alam mimpi” yang merekam keindahan, sekaligus membuai penikmat karyanya. RDP style and technique menjadi bahan bahasan para ahli fotografer seluruh dunia, dan memberikan inspirasi bagi ribuan fotografer.
Saat ini RDP bekerja sebagai profesional fotografer yg lebih banyak bergerak dalam stocks images, seminar/workshop dan photography tour.
Banyak karya fotonya dipakai di berbagai brand nasional dan internasional.
Karya fotografer Rarindra Prakarsa merupakan fenomena sendiri dalam sejarah fotografi nasional dan international.
Sebagai penggemar fotografi, jangan sia-siakan kesempatan mendengarkan tips, trick and technique dari RDP langsung.

Lomba Foto "Indonesia" Sept-Okt 2011


PARA PEMENANG : akan diumumkan 14 Okt 2011
Dewan Juri: Drg Wilya Elawitachya Hon ELFCN, Agatha Anne Bunanta ARPS, PPSA, EFIAP, Hon ELFCN, FPSI **, Dr Edwin Djuanda ARPS, Hon E LFCN

Members Gathering Candra Naya Photographic Society


Selain pertemuan besar di Wisma Kyoei Prince yang terbuka untuk umum. LFCN juga mengadakan Member's Gathering untuk kalangan khusus member klub.
Frekuensinya malah lebih sering dan di hadiri sekitar 10-20 member . Umumnya dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kurasi foto para member.
Memberpun diberikan informasi dan diajarkan untuk mengikuti foto kompetisi salon, banyaknya di luar negeri, guna mengukur kemampuan karya masing-masing. Banyak member yang karyanya sudah accepted, mendapatkan penghargaan, bahkan medali di salon-salon international.

Cara ini pula yang membawa LFCN sebagai salah satu pemenang Gold Medal best digital club entries pada salon Trierenberg 2011 yang lalu

Sabtu, 23 Juli 2011

The Other Side of Makkah by Maha Eka Swasta



Maha Eka Swasta lahir di Kota Magelang 30 Agustus 1965, saat ini bekerja sebagai redaktur foto di Kantor Berita Foto Antara. Setelah menyelesaikan Fakultas Teknik Geologi UPN “Veteran “ Yogyakarta bergabung dengan Antara Foto tahun 1993. Mengikuti pendidikan pewarta foto di Birofoto Antara.

Selain di pemberitaan, karya jurnalistiknya banyak dimuat dalam pelbagai buku dan juga pameran foto. Salah satu buku “bestseller” adalah “ The Other Side of Makkah” , yang juga pernah dipamerkan di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA).

Karya Maha Eka Swasta, bukan hanya sarat dengan nilai jurnalisme namun juga dikemas dengan keindahan. Buku "The other side of Makkah" dapat diperoleh di toko2 buku antara lain Periplus.

Rabu, 06 Juli 2011

AGATHA ANNE BUNANTA sebagai JURI AL THANI AWARD 2011

AGATHA ANNE BUNANTA ARPS, PPSA, EFIAP mendapatkan kehormatan karena terpilih menjadi juri salah satu Salon Foto akbar bergengsi yaitu AL THANI AWARD INTERNATIONAL SALON OF ART PHOTOGRAPHY 2011.
Kejadian ini merupakan catatan sejarah penting bagi dunia fotografi Indonesia.

Memang, dengan prestasi fotografinya yang mendunia dan gelar fotografi yang berhasil dicapai, Agatha memang pantas mendapatkan tugas tersebut. Selamat dan selamat mewakili Indonesia dan klub CNPS tercinta

PRESTASI LFCN DI SALON INTERNATIONAL 2011


Secara berkala, intern LFCN melakukan pembinaan para anggotanya untuk mengikuti Salon Foto International.

Sudah banyak member LFCN yang mendapatan acceptance, penghargaan , bahkan medali di salon international.

Di pelopori oleh Agatha Anne Bunanta ARPS,PPSA, EFIAP, Agatha yang juga PSA representative Photographic Society of America (PSA) untuk Indonesia, dan juga Royal Photographic Society Indonesia Chapter, dengan sabar dan tekun menjelaskan dan memberikan contoh foto-foto yang "layak" untuk terpilih dalam pameran kelas international.

Agatha memang pantas menjdi pelopor karena pengalamannya dan prestasinya di Salon Foto International yang luar biasa. Puluhan medali sudah didapatkan dan dari tahun ke tahun selalu masuk dalam Who's Who PSA

Salah satu buah karya jerih payah beliau adalah:
CANDRA NAYA PHOTOGRAPHIC SOCIETY mendapatkan GOLD MEDAL DIGITAL FILES pada
TRIERENBERG SUPERCIRCUIT 2011.

Ini mengukir catatan sejarah dunia fotografi seni Indonesia. Karena
untuk pertama kalinya klub foto Indonesia mendapatkan GOLD MEDAL
sebagai Klub entries dalam LOMBA FOTO INTERNATIONAL

Trierenberg merupakan salah satu Photo exhibition paling besar dan paling bergengsi
untuk masa kini.
Terimakasih pada semua team fotografer LFCN (28 member)yaitu:
1.Abiprayadi Riyanto 2.Agatha Anne Bunanta 3.Anastasia Mangindaan 4.Angela Muliani Hartojo 5.Ani Sekarningsih 6.David Somali 7.Deddy Suwanda 8.Djoko Joedaatmadja 9.Edwin Djuanda 10Endang Sutrisna 11.Hendro Dharmawan 12.Hendy Suwanda 13,Hendro Herjanto 14.Hengky Hendrawan 15.I Gede Lila Kantiana 16.Indrawati Christina 17.Iwan Vinsens 18.Joko Wirawan 19.Ketut Widiatmike 20.Rafly Rinaldy 21.Slamet Adijuwono 22.Sugiarto 23.Tjen Winata Gunadi 24.Tri Endro Budianto 25.Vincent Kohar 26.Widiyanto Saleh 27.Yadi Yasin 28.Yanti Unang

Semua fotografer peserta mendapatkan 2 Katalog super deluxe (lihat foto).

Selain prestasi ke 28 peserta CNPS yang semuanya mendapatkan acceptance, CNPS juga mendapatkan Gold Medal (Agatha A Bunanta), Gold Medal (Yadi Yasin) dan Silver Medal (Agatha A Bunanta).
Karya beberapa anggota LFCN dimuat dalam katalog tersebut , yaitu karya Abipriyadi Riyanto, Agatha Bunanta, Ani Sekarningsih, Djoko Joedaatmadja, Gede Lila Kantiana, Hendi Suwanda, Rafly Rinaldy, Yadi Yasin. Karya Dr Hendro Heryanto tercantum dalam leaflet promosi buku tersebut.

Jumat, 01 Juli 2011

Pameran Foto Indonesia di Hotel Atlet Century


Dalam rangka HUT kota Jakarta ke 484, Hotel Atlet Century mengadakan rangkaian acara antara lain Pameran foto bertema "Century for Indonesia" di coffeshop karya member Candra Naya Photographic Society . Karena persiapan yang singkat, hanya 4 member yang karyanya diturut sertakan yaitu drg Wilya Elawitachja, Djoko Joedaatmadja, Dr Edwin Djuanda dan Agatha Anne Bunanta. Foto-foto yang dibingkai rapi nampak serasi sebagai dekorasi ruangan coffeshop

Kamis, 26 Mei 2011

Pemenang LOMBA LANDSCAPE LFCN


JUARA 1: Risdan Risdan, Ternate “Another World”
Hadiah: HITECH 85 GRADUAL ND SOFT KIT 0.3, 0.6, 0.9 ( 3 FILTER ) + voucher Cetak Foto senilai Rp.150.000,- rupiah dari Altavista
JUARA 2 :Juan Girsang “The Twelve Apostles”
Hadiah: SIRUI G-10 QUALITY ALUMINIUM BALL HEAD+ voucher Cetak Foto senilai Rp.150.000,- rupiah dari Altavista
JUARA 3: Aji Wihardandi, Balikpapan ” Untitled1”
Hadiah: PHOTTIX TETRA PT-04 II WIRELESS FLASH TRIGGER+ voucher Cetak Foto senilai Rp.150.000,- rupiah dari Altavista

HARAPAN 1: Pimpin Nagawan, Bogor “No Title”
Hadiah: PACSAFE CARRYSAFE 100+ voucher Cetak Foto senilai Rp.150.000,- rupiah dari Altavista
HARAPAN 2: Ari Setiawan, Depok “Hidden Place” Hadiah: PACSAFE RETRACTASAFE 250 4 DIAL RETRACTABLE CABLE LOCK+ voucher Cetak Foto senilai Rp.150.000,- rupiah dari Altavista
HARAPAN 3: Bebed Praja “Pura Batu Bolong”Hadiah PACSAFE PROSAFE 550+ voucher Cetak Foto senilai Rp.150.000,- rupiah dari Altavista
FINALIS yang mendapatan sertifikat LFCN
Aji Wihardandi, Balikpapan: Untitled 2
Lujianxing Ludy,Pontianak: Crushes
Muhammad Yunus, Padang: Air Terjun 100tk
Risdan Risdan, Ternate: A Great Stone

HUT 63 LFCN :Pemotretan Model STEFANI SANZ

HUT 63 LFCN : Tumpengan


Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Bp Dr Edwin Djuanda dan Ibu Rosetini Ibrahim SH dan diserahkan kepada Bpk I Wayan Suparmin SH (Ketua Perhimpunan Sosial Candra Naya) dan Bpk Dr Hendro Heryanto. MC Bpk Ir Kamser Lumbanradja.

HUT 63 LFCN : Hon E LFCN untuk Bp Wayan dan Ibu Agatha


Bersamaan dengan HUT ke 63 LFCN, Ketua LFCN memberikan dua gelar anggota kehormatan Hon E CNPS (= Hon E LFCN) kepada kedua anggotanya yaitu Bpk I Wayan Suparmin SH dan Ibu Agatha Anne Bunanta MBA, ARPS, PPSA, EFIAP. Sebagai ketua Perhimpunan Sosial Candra Naya, Bpk Wayan dinilai sangat supportif membantu kembali bangkitnya LFCN , sedangkan Ibu Agatha dikenal sebagai pencetus dan pelaksana Indonesia Salon of Art Photography yang membawa nama Candra Naya melambung ke manca negara , juga prestasi karya fotonya yang selalu diperhitungkan baik di tingkat nasional maupun internasional (lihat blog ini di entri sebelumnya). keduanya menerima medali dengan tulisan Honorary Candra Naya Photographic Society

HUT 63 LFCN: Liputan DARIUS MANIHURUK



Fashion Photographer DARIUS MANIHURUK berhasil mengumpulkan lebih dari 200 fotografer yang sangat antusias mengikuti penjelasan teknik-teknik pemotretan fashion yang sangat dinamis. Ternyata untuk mendapatkan suatu shot fashion, misalnya untuk iklan model sebagai ilustrasi produk, Darius harus memiliki team yang kuat, mulai dari KONSEP, kemudian membentuk tim dari tim perancang busana, perancang rambut, dsb Darius yang sebelumnya juga dikenal mahir dalam olah digital, sekarang menyerahkannya kepada asistennya . Ia mencari inspirasi, mengonsep , da merealisasikan konsepnya agar menjadi kenyataan yang sesuai dengan keinginannya. Tidak seperti kebanyakan fotografer hobyist yang traveling sambil mencari obyek, Darius mengatakan bahwa dia bahkan sama sekali tidak bisa memotret kalau tidak ada konsep di kepalanya. Pantas karya fotonya selalu "fresh" dan "luarbiasa" .

In Memoriam SETIADY TANZIL Hon E FPSI


Pada hari Minggu tanggal 22 Mei 2011 sore, Bapak Setiady Tanzil Hon EFPSI, AFPSI **, Hon LFCN, Hon PAF meninggalkan kita semua. Almarhum adalah tokoh fotografi Indonesia yang dengan karya-karya besarnya sejak tahun 1970an.
Dari Bandung (tempat domisili beliau), jenazah dimakamkan di San Diego Karawang Barat pada 25 Mei 2011
(masih akan dilengkapi)

Jumat, 13 Mei 2011

63 tahun CNPS + DARIUS MANIHURUK

CNPS mendapat GOLD MEDAL TRIERENBERG 2011

Candra Naya Photographic Society (LFCN) mendapatkan GOLD MEDAL DIGITAL FILES CLUB ENTRIES pada Photo exhibiton TRIERENBERG SUPERCIRCUIT 2011.
Untuk pertama kalinya, klub foto di Indonesia mendapatkan GOLD MEDAL, sebagai PESERTA KLUB.
Terimakasih kepada semua pendukung tim LFCN yang terdiri dari 28 fotografer . Dua diantaranya mendapatkan MEDAL di exhibition yang sama:
AGATHA ANNE BUNANTA : 1 GOLD MEDAL + 1 SILVER MEDAL
YADI YASIN : 1 GOLD MEDAL

Hunting LFCN: Hidden treasures of Indramayu


Peserta 15 fotografer dari Candra Naya Photographic Society (LFCN). Dalam foto mengadakan pertemuan dengan Asosiasi Fotografer Indramayu (AFI) di Hotel Grand Trisula Indramayu . Dalam kesempatan itu, ketua LFCN memberikan buku foto Indonesia Salon of Art Photography 2010 pada ketua AFI . Juga Bpk John Tefon (LFCN) memberikan ceramah mengenai digital "one click" photoshop yang sangat diminati para hadirin. Hunting foto adalah Sanggar Tari Topeng Mimim Rasina, Pembuatan Topeng, Dayak Bumi Segadu dan tradisi "Ngarot" . Semua peserta puas karena banyak mendapatkan foto-foto yang bagus

Senin, 25 April 2011

Bintang MPSA untuk Agatha Bunanta ARPS PPSA EFIAP


Bersamaan dengan pertemuan LFCN 25 April 2011, Photographic Society of America (PSA) memberikan bintang MPSA untuk PSA Region Director for Indonesia : AGATHA ANNE BUNANTA ARPS PPSA EFIAP,yang telah memperkenalkan dan memajukan banyak fotografer Indonesia ke dunia senifoto International .
Bintang diberikan melalui Ketua Candra Naya Photographic Society : Dr Edwin Djuanda ARPS , yang diminta oleh PSA untuk memberikan pada Agatha. Perlu diketahui bahwa LFCN (CNPS) adalah satu-satunya klub foto di Indonesia yang menjadi anggota PSA sejak tahun 1970an .
Pemberian bintang PSA disaksikan oleh ratusan peserta pertemuan malam itu.

Liputan R.Haryanto 25 April 2011


Bertempat di gedung Kyoei Prince lantai dasar pada Senin 24 April
2011, dengan dihadiri lebih dari 200 photographer, R. Haryanto
mengajak diskusi para fotografer mengenai " the power of Black and
White Photography"
Haryanto yang dikenal sebagai salah satu tutor Premium Mentor Series,
dan pengguna berat analog mengawali dengan menjelaskan tentang "zone
system" yang menjadi basis untuk memilih eksposure yang tepat pada
setiap bingkai foto yang kita rekam. Haryanto juga menjelaskan bahwa
keindahan dan kekuatan fotografi hitam putih harusnya dinikmati dengan
cahaya yang jatuh ke atas permukaan kertas foto yang dilapisi
perak-halida, bukan melihat secara "back-light" di layar monitor
komputer.
Haryanto memberikan contoh-contoh foto yang mengapa, akan menjadi
lebih kuat bila di buat dalam nada hitam putih daripada warna.
Haryanto juga mengajarkan bagaimana kita menggunakan mode "
monochrome" di kamera digital kita yang diambil dengan RAW. Bilamana
di lcd kamera kita bisa melihat monochrome dengan tone yang sempurna,
niscaya foto warnanya pun yang diambil dari RAW, akan menghasilkan
tone yang bagus pula. silahkan mencoba.

Di akhir presentasi, Haryanto menunjukan kepiawaiannya merekam
hitamputih dengan foto-foto landscape dengan gradasi nada yang luar
biasa. Juga Haryanto membawa contoh2 print hitam putihnya yang semua
di cetak "handmade" sendiri secara manual.
Acara dihadiri olah sangat banyak peminat, campuran antara pengguna
analog dan digital, termasuk dihadiri bpk Suheri Arno,pakar fotografi
BW analog yang dikenal sangat serius di hobinya dan beberapa penggemar HitamPutih lainnya.

Haryanto juga menawarkan para hadirin untuk membentuk kelompok
penggemar fotografi "Monochrome", yang menurut beliau hanya tersisa 3
fotografer yang bisa di ajak diskusi secara serius dan mendalam .
Memang harus diakui bahwa bagi para penggemar "buta warna", foto
hitamputih adalah lebih puitis dan lebih memperkuat penampilan bentuk,
cahaya , gradasi nada dan bayangan.
Haryanto bisa di kontak via Facebook dengan nama HARYANTO DEVCOM .

The Power of Black and White Photography


THE POWER OF BLACK & WHITE PHOTOGRAPHY


R.HARYANTO: Aerial photographer yang merupakan salah seorang “tutor” dalam
“Premium Mentor Series”
Penggemar berat fotografi hitamputih yang selain menggunakan kamera
digital, juga pecandu berat fotografi analog (film). Dikenal sebagai
pemotret landscape handal yang selalu mempresentasikan karyanya dalam
hitam putih. Menggunakan kamera film Linhof Technika 2000, Ebony 4x5,
dan Sinar.

Mulai mengenal camera pada waktu kuliah, kemudian vakum lama dan
kembali di era digital pada tahun 2004. Pengenalan dengan kamera
digital ini , hanyalah membangkitkan kembali “cinta lamanya ” pada
fotografi hitam putih. Dengan melakukan sendiri pemotretan, prosesing
film dan pencetakan kamar gelap, Haryanto mendapatkan kenikmatan luar
biasa atas hasil karyanya. Biasanya , beliau hanya memotret untuk
kepuasan dirinya sendiri. Tetapi dalam 1 tahun terakhir, diminta oleh
rekan-rekannya dibawah pimpinan Yusuf Paulus untuk bersedia “ sharing”
ilmu fotografinya sebagai salah seorang pelatih “Premium Mentor
Series” yang sangat dikenal di kalangan fotografer serius.


Sebagai “pemain lama”, Haryanto paham benar, foto-foto mana yang akan
tampil jauh lebih kuat bila di presentasikan dalam bentuk hitamputih.

Ditanyakan mengenai kecintaannya mengenai “fotografi hitamputih”,
Haryanto mengatakan, bahwa “kalau setahun ada 365 hari mungkin saya
berkutat di film dan darkroom 500 hari dalam setahun” . Berarti
benar-benar jiwa-raga, pikiran , bahkan mimpi beliau adalah demi
fotografi hitam putih yang dicintai dengan sepenuh hati.

Sedangkan alasan menggunakan film dan proses hitam putih, Haryanto
mengatakan bahwa dengan menggunakan kamera film dan mengerjakan
sendiri prosesnya sehingga menjadi sebuah cetakan foto, ia dapat
mengontrol semuanya dan tentu saja sangat menikmati prosesnya.

Memang, dalam fotografi, tidak ada kenikmatan yang lebih nikmat
daripada melihat dengan mata kepala sendiri (di darkroom): kertas
foto yang tadinya putih bersih, akan muncul gradasi warna kelabu
sampai hitam yang akan tampil secara perlahan tetapi pasti, semakin
lama semakin sempurna. Itulah proses fotografi sesungguhnya yang
menggunakan reaksi kimia butiran-butiran perak yang terkena cahaya.
Gradasi butiran perak-halida ini menghasilkan gambar yang gradasinya
masih tidak bisa ditandingi oleh proses digital.

Haryanto akan mengungkapan rahasia mendapatkan foto-foto (terutama
landscape dan human interest) sejak “ the art of seeing” , memilih
sudut pengambilan, memilih lensa yang sesuai, memilih “exposure” yang
tepat, dilanjutkan dengan eksekusi yang sukses.

Beliau juga akan mengungkapan rahasia kekuatan foto hitamputih;
misalnya mengapa ada foto warna yang sangat menarik warnanya tapi
lemah secara komposisi karena “distracting colours”, tetapi setelah di
transfer menjadi hitam putih, menjadi foto yang sangat kuat. Juga tips
bagaimana memilih sudut pemotretan untuk mendapatkan hasil maksimal di
“kontras” dan apa saja poin-poin penting untuk menghasilkan suatu
foto hitam putih yang “stunning”.
Pembahasan ini akan sangat menarik disimak, bukan saja oleh “pemotret
analog”, namun juga oleh “pemotret digital” sehingga akan mendapatkan
foto-foto hitamputih yang kuat dan “unforgettable” bagi pemirsanya
baik dengan menggunakan kamera digital maupun kamera film.

Haryanto juga akan mengungkapan rahasia dan cara-cara praktis “hybrid”
menggunakan analog dan digital, sehingga akan di dapatkan hasil karya
seni yang optimal.
Perlu diingat bahwa dalam setiap salon fotografi, kategori foto
hitamputih (monochrome) hampir selalu ada. Untuk ini kita harus
memahami benar kekuatan foto hitamputih, sehingga kita bisa
menciptakan karya yang membanggakan dan kompetitif di lomba foto.
_____________________

Silahkan hadiri Pertemuan Lembaga Fotografi Candra Naya
Senin, 25 April 2011, jam 19:00-selesai
Wisma Kyoei Prince, jalan Jendral Sudirman Jakarta.
Terbuka bagi para penggemar fotografi ( FREE). Peminat, silahkan
mendaftar di info@candranaya.com.

Gedung Candra Naya Gajah Mada 188 semarak kembali



Bertempat di Jalan Gajah Mada 188 Jakarta Barat, pada tanggal 16 dan 17 April 2011 dilangsungkan "open house" bangunan ex Perhimpunan Sosial Candra Naya yang digunakan Candra Naya sejak 1946. Bangunan arsitektur Cina ini sekarang merupakan cagar budaya pemda DKI .
Saat itu diadakan promosi apartemen Green Central dengan menampilkan kesenian budaya Tionghoa dengan "Pameran Foto" yaitu menampilkan 20 foto kegiatan Lembaga Fotografi Candra Naya dalam kurun 1956-1980.

Rabu, 23 Maret 2011

EQUIBLIRIUM BROMO



Sigit Pramono membawakan presentasi foto-foto Equilibrium Bromo di pertemuan Lembaga Fotografi Candra Naya, Kyoei Prince Jakarta pada 23 Maret 2010. Pada saat itu pula dilakukan penjualan buku-buku foto karya beliau yang ternyata cukup diminati para peserta seminar, sekalian meminta autograph dari beliau .

23 Maret 2011: SIGIT PRAMONO "Equilibrium Bromo"


Siapa tidak mengenal BROMO, yang menurut Lonely Planet adalah gunung tercantik nomor 3 di dunia (Mount Fuji adalah nomor4) . Dan menurut SIGIT PRAMONO, Bromo selalu cantik, bahkan saat terjadi erupsi sejak November 2010 sampai sekarang (Maret 2011), yang entah sampai kapan akan berakhir.
Sigit yang dikenal sebagai banker papan atas, dan sekarang menjabat Direktur Perbanas , memerlukan hobi fotografi untuk mengimbangi profesinya yang sangat memiliki tanggung jawab risiko sangat tinggi.
Sebagai fotografer otodidak yang menyukai LANDSCAPE, ia dikenal sebagai fotografer Indonesia yang paling banyak menghasilkan buku karya fotografi , sampai saat ini sudah 5 buku yang dihasilkan yaitu VIEW POINTS (2005) , BISIKAN ALAM(2006), MAJESTIC, MYSTICAL MOUNTAIN (2007), BELANGA : PARADISE IN AN EARTHEN POT (2009) dan BROMO, A PERPETUAL REMINDER (2010).
Dengan terjadinya erupsi Merapi pada tanggal 25 Oktober 2010, semua jurnalis tumplek semua ke Merapi yang bencananya banyak menimbulkan korban harta dan jiwa. Seminggu kemudian, Bromo juga erupsi, dan tidak banyak jurnalis yang berminat meliput. Lain halnya dengan Sigit Pramono yang langsung datang ke Bromo dan mengabadikan moment-moment dimana keindahan panorama Bromo, berbaur dengan gemuruh letusan , semburan awan dan hujan pasir. Bahkan hujan batu se kepalan tangan bilamana kita berada di dekat lokasi kawah. Hampir setiap weekend, beliau datang ke Bromo dan meliput sejak November 2010 sampai saat ini.
Letusan Bromo tidak mengambil korban jiwa, namun banyak menimbulkan kerugian materi. Masyarakat Tengger pun tidak ada yang geger, semua pasrah dan menganggap ini adalah siklus alam, dimana setelah letusan, akan didapatkan kesuburan. Menurut Sigit,rangkaian letusan Bromo kali ini benar-benar akan merubah “wajah panorama” Bromo, sehingga bagi fotografer yang sebelumnya sudah memiliki foto Bromo, harus menyimpannya dengan baik. Bromo will never be the same.
Yang unik, letusan demi letusan Bromo dapat dinikmati sebagai pertunjukkan, udara tetap terasa sejuk, Nampak dalam foto-foto karya beliau dimana penduduk masih menggunakan jaket dingin, dan menggunakan payung. Payung digunakan bukan untuk hujan air, namun untuk melindungi dari hujan pasir. Masker harus digunakan. Karena frekuensi letusan yang sering, Sigit dapat merekam bencana melalui jiwanya yang terbiasa merekam keindahan, maka lahirlah foto-foto erupsi Bromo yang memiliki nilai jurnalistik tinggi, namun tetap menampilkan unsur artistik.
Foto-foto “Equilibrium Bromo “ ini, sudah dipamerkan di Hotel Four Seasons Jakarta dan kemudian di Galeri Foto Jurnalistik Antara ; menurut rencana juga segera akan di pamerkan di Singapura. Foto-foto yang terjual di Pameran, hasilnya 100% disumbangkan pada masyarakat Tengger yang memerlukan bantuan. Sebelumnya, Sigit juga terlibat dalam penggalangan dana bagi masyarakat pasca letusan di Merapi.
Mengamati koleksi foto Equilibrium Bromo ini, kita bisa melihat bahwa Bromo memang tetap cantik, atau memang karena fotografernya yang artistik, bayangkan erupsi hebat di ambil saat semburat sinar matahari terbit yang ke merahan bergabung dengan warna pekatnya semburan abu, pasir dan batu. Dramatis, namun tetap indah.
Sukses bagi Bapak Sigit Pramono yang berbagi ke piawaian beliau terutama tips-tips bagi para fotografer lainnya. Presentasi di LFCN ini dihadiri lebih dari 70 fotografer dengan banyak pertanyaan dan diskusi yang hidup dan berbobot, dari menanyakan perbedaan film dengan digital, cara menyimpan file film/ digital, tips trick motret landscape, kenapa memilih kamera panoramic yang setiap roll hanya memberikan 4 bingkai, memilih kamera + peralatan minimal untuk landscape, dsb.
Terakhir , Sigit mengundang para fotografer untuk menikmati Bromo yang masih erupsi, atau ke galeri yang paling tingggi di Indonesia, yaitu di hotel Java Banana miliknya (kawasan Bromo), dan jangan lupa, sebagai penggemar music Jazz, Sigit juga mengundang pada acara JAZZ GUNUNG ketiga di Bromo pada 9 Juli 2011. Kamar hotel di Java Banana sudah penuh, namun masih banyak penginapan lain di sekitarnya.
Karya foto Sigit Pramono, bisa di akses di www.sigitpramono.com . Sedangkan buku-buku foto karya beliau bisa di nikmati dan dibeli di “Alun-alun” Grand Indonesia Shopping Mall.

Kamis, 24 Februari 2011

WORLD OF DON HASMAN



DON HASMAN di LFCN 23 Februari 2011
Tidak kurang dari 120 peminat foto , hadir dipertemuan LFCN di Wisma Kyoei Prince Jakarta pada tanggal 23 Februari 2011. Om DON membawakan presentasi dengan judul “WORLD OF DON HASMAN”.
Acara di buka oleh Ketua LFCN: Dr Edwin Djuanda, yang menjelaskan mengenai Photographic Society of America (PSA Journal) edisi Februari yang memuat 1 halaman mengenai new member gallery, berisi foto-foto karya anggota baru PSA yang 100% adalah anggota LFCN. Semua di fasilitasi oleh PSA Region Director for Indonesia : Agatha Bunanta PPSA (agathabunanta@gmail.com)
Pengantar Om Don, dilakukan oleh Bpk Kamser Lumbanradja, fotografer yang juga merangkap explorer. Kamser mengungkapkan bahwa selain menaklukan puncak-puncak gunung tertinggi di dunia (Kilimanjaro, salah satu puncak Mt Everest), Don Hasman juga menyelam ke dasar laut.
Om Don mengutarakan bahwa 2011, tepat 50tahun beliau memotret dan 40 tahun bertualang. Beberapa tahun lalu, Om Don juga pernah diundang ke “world explorer” di New York, berarti prestasinya memang diakui di tingkat dunia.
Ketika ditanya apakah masih ada mimpi petualangannya yang belum tersampaikan, Om Don, di usia 70tahun mengatakan masih ingin menjelajah “silk road” dari Xin Jiang China, ke Uzbeskistan, dsb sampai ke Iran dengan bersepeda. Dan satu lagi: dari Machupichu berjalan ke Cape Horn: ujung benua Amerika yang paling selatan.
Mengenai ethophotography yang dilakukan, beliau mengatakan yg paling menarik adalah masyarakat Baduy dalam dan Tengger, kedua suku itu adalah suku yang paling jujur yang ada di Nusantara.
Om Don yang mengatakan sudah lebih dari 500 kali datang ke suku Baduy selama 36 tahun terakhir, ternyata cukup terkecoh juga dengan arah sembahyang suku Baduy yang di rahasiakan arahnya. Demikian pula dengan kalender Baduy, yang ternyata, karena ditentukan pemuka adat dengan mengamati gejala alam, setiap bulan ada yang 28 hari, ada yang sampai 60 hari. Benar-benar “ semau gue” . Om Don sedang membuat buku hasil penelitiannya mengenai suku Baduy dalam yang diharapkan akan selesai dalam 1 tahun ini ; mungkin tidak akan banyak disertai foto, karena ada larangan memotret di sana.
Om Don juga masuk dalam Tim SAR, anggota kehormatan Mapala UI, juga diundang mengikuti Camel Trophy, dsb.
Mengikuti dunia Don Hasman, benar-benar masuk ke arena petualangan yang menuntut stamina tinggi dan pengetahuan yang cermat ; karena tanpa pengetahuan yang cukup; pendaki gunungpun banyak yang tewas karena ketidak tahuan.
Om Don juga menunjukan foto-foto perjalanannya yang artistk, selain trampil bertualang, Om Don juga seorang fotografer handal .
Terimakasih pada Bpk Don Hasman, sang petualang sejati yang malam itu memberikan banyak inspirasi dan semangat pada generasi lebih muda.

Jumat, 04 Februari 2011

Pengurus LFCN Masa bakti 2011 -2012


Pada tangal 29 Januari 2011 dilakukan rapat penyusunan pengurus LFCN, periode masa bakti 2011-2012 dipimpin oleh Ketua terpilih Edwin Djuanda.
Susunan Pengurus adalah:
Pengurus LFCN:
Penasehat Soebagio Wahjudi, Hon E.LFCN; Johnson Hon FRPS, Hon E LFCN
Ketua Umum Edwin Djuanda, Dr , ARPS, A.FPSI*, Hon ELFCN
Ketua I Tjen Wie Hauw ,E.FPSI,A FPSI*
Sekretaris : Rosetini Ibrahim S.H.

BendaharaI: Agatha Anne Bunanta, MBA, ARPS, PPSA, EFIAP, FPSI **, Hon ELFCN
Bandahara II: I Gede Lila Kantiana
Seksi-seksi:
Pertemuan Yoseph Dwi Laksmono ; Widiyanto Saleh
Hunting Tri Endro Budiarto S.H. ; Joelianto
Pendidikan Antoni Bachtiar S.H.; Wilya Elawitachja Drg, Hon ELFCN
Web/ Lomba Andri Thaslim ; Widiyanto Saleh
Publikasi Fachri Je

-----
susunan masih akan dikembangkan sesuai kebutuhan. Juga rekan-rekan ex Pengurus dan aktivis lainnya,akan kami minta bantuannya dalam bentuk ke panitian- ke panitiaan dalam program-program LFCN yang akan bertambah semarak dan berbobot.

Senin, 24 Januari 2011

WILDLIFE PHOTOGRAPHY SECRETS :Riza Marlon



Pertemuan LFCN di Kyoei Prince pada Senin 24 Januari 2011 menampilkan fotografer RIZA MARLON.
Beliau adalah biologis yang ambisinya mendokumentasikan seluruh spesies satwa yang ada di Indonesia sejak tahun 1990. Idealismenya tergugah karena melihat tidak ada upaya pelestarian sungguh-sungguh dari yang berwenang untuk melindungi spesies endemis Indonesia.

Walaupun menggunakan peralatan yang relatif sederhana, kemampuannya menghasilkan foto-foto yang luar biasa.

Karyanya tertuang dalam buku foto yang baru diterbitkan “ Living Treasure of Indonesia” setebal 216 halaman; satu-satunya buku foto “wild-life” karya anak bangsa.

Caca-demikian biasa ia dipanggil membagikan pengalaman dan rahasianya untuk dapat memotret wild-life sekitar kita dengan mudah dan hasil yang luar biasa.
Beberapa peserta diskusi banyak menanyakan hal-hal praktis , yaitu kesulitan yang mereka hadapi saat memotret satwa liar di lapangan, misalnya gerombolan kuda liar yang buyar setelah terkena lampu kilat,dsb. Caca menerangkan segala sesuatunya cukup lengkap mulai dari survei lokasi, sangat perlunya "local guide" yang paham lokasi dan kebiasaan satwa yang dicari. Juga teknik kamuflase yang efektif, misalnya membuat persembunyian dari dedaunan di daerah sekitar, atau menggunakan kamuflase portable. Ternyata satwa akan kembali ke tempat dia berada, karena, kita yang harus sabar menunggu, berhari-hari, bahkan bisa berminggu-minggu. Jadi memotret satwa liar tidaklah bisa berkeliaran dengan membawa kamera+lensa panjang. Melainkan memilih spot, sembunyi dan menunggu dan menunggu...
Malam itu, tidak kurang dari 15 bukunya terjual dan diberikan tandatangan oleh penulis/ fotografernya langsung. Malam itu masih ada yang belum kebagian bukunya, tetapi masih dapat memesan langsung ke Kang Caca rmarlon2001@yahoo.com

Sabtu, 22 Januari 2011

Kursus Fotografi LFCN- INTI


Setelah beberapa kali menjajaki kemungkinan kerjasama dalam pendidikan fotografi, akhirnya tanggal 22 Januari 2011 dimulailah kursus fotografi Lembaga Fotografi Candra Naya - INTI (Perhimpunan Indonesia Tionghoa), ber tempat di Office Tower B MKG, lantai 10, Bandar Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pengajar utama yaitu Bp Antoni Bachtiar (LFCN no.1694)yang akan di lengkapi oleh para senior LFCN lainnya. Kursus ini diharapkan dapat memenuhi hasrat para peminat hobi foto yang semakin banyak dan juga mencetak fotografer baru yang paham akan teori dan praktik dari dasar-dasar fotografi secara benar. Beberapa peserta bahkan sudah lama memotret atau ikut kursus di tempat lain, tetapi merasakan perlu mandalami kursus yg diselenggarakan oleh LFCN ini.

Perhimpunan Indonesia Tionghoa atau disingkat Perhimpunan INTI merupakan organisasi sosial kemasyarakatan bersifat kebangsaan, bebas, mandiri, nirlaba, dan non-partisan. Tujuan didirikannya Perhimpunan INTI ialah untuk menyelesaikan "Masalah Tionghoa di Indonesia", sebagai warisan sejarah masa lalu.

Didirikan pada tanggal 5 Februari 1999 di Jakarta, INTI berkeyakinan bahwa pengikutsertaan seluruh WNI Keturunan Tionghoa secara menyeluruh, bulat, dan utuh adalah syarat mutlak penyelesaian Masalah Tionghoa di Indonesia.

Perhimpunan INTI bukan merupakan organisasi ekslusif, namun terbuka untuk semua Warga Negara Republik Indonesia yang setuju kepada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta Tujuan Perhimpunan INTI.