Bertempat di Ruang Sumba3 Hotel Borobudur Jakarta diadakan
peluncuran buku foto MATA INDONESIA karya 52 fotografer dari Candra Naya
Photographic Society. Dengan pembawa acara yang memberi suasana “segar” di
Bulan puasa yaitu Andri Thaslim dan Wiwin Yulius, acarapun bergulir dengan lancar
dipimpin oleh moderator FENDI SIREGAR. Pengulas adalah SIGIT PRAMONO HonCNPS, Bankir,
Komisaris BCA, Ketua Perbanas, mantan direktur BNI, BII yang sangat hobi
fotografi (membuat 6 buku foto); DON HASMAN Etnophotographer dan mountainerring
yang handal yang menerima Penghargaan
International 100 Famous Photographers in the world (2000) , Penghargaan Trophy
Adinegoro bidang Fotografi Jurnalistik (1997),
Penghargaan Anugerah Fotografi Indonesia (Kemenparekraf 2013) ; dan ARBAIN
RAMBEY: Fotografer senior harian Kompas. Pengasuh rublik “Klik” di Kompas
setiap hari selasa dan Kompas TV setiap sabtu.
Acara berlangsung sangat hidup, mencerahkan dan juga membuka
wawasan yang sangat luas tentang dunia fotografi Indonesia ,apalagi dihadiri
juga oleh rekan-rekan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semua pengulas melakukan tugas dengan serius.
Ringkasan dari setiap pengulas. Sigit Pramono : Harus menetapkan target
untuk buku “Mata Indonesia” berikut, karena bahan baku di Indonesia sangat
melimpah dan anggota LFCN sudah terbukti sebagai fotografer yang handal. Don
Hasman : mengatakan sampai merinding saat pertama menerima, meraba dan
membuka buku “Mata Indonesia” . Begitu banyak buku tentang Indonesia
diterbitkan oleh fotografer luar, Buku ini di garap dengan sangat serius dan
akan merupakan dokumen yang sangat berharga, bukan hanya untuk Indonesia, namun
untuk dunia.
Arbain Rambey : Buku ini menunjukan kinerja para
pemotret amatir yang sangat sering melampaui hasil para profesional (maksudnya
pewarta foto). Mata para amatir di buku ini sungguh indah . Aneka hal yang ada
di Indonesia di potret “lebih dari biasa” karena dilakukan dengan kesukaan.
Menerbitkan buku bukan suatu hal yang mudah dan memerlukan biaya tinggi.
Kesimpulan oleh moderator Fendi Siregar : semua
pengulas memberikan masukan yang sangat berharga bagi kita semua. Dengan
hadirnya para pejabat Parekraf, sudah selayaknya fotografi diperlakukan dengan
serius sebagai suatu direktorat tersendiri.
Acara dibuka oleh Ibu Watie Moerani, Direktur
Pengembangan Seni Rupa (PSR) Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya,Kemenparekraf
Edwin Djuanda sebagai ketua LFCN menjelaskan latar
belakang buku ini adalah karena buku yang baik akan menjadi rekaman dan saksi
sejarah di jaman kita eksis dan mudah-mudahan buku “Mata Indonesia” masih akan
dicari sepuluh, duapuluh tahun yang akan datang sebagai collector’s item. Di
akhir acara resmi, Agatha Anne Bunanta sebagai editor buku “Mata
Indonesia” mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu terlaksananya buku pertama LFCN ini
juga kepada Chef Edward Betz yang menyemarakkan dengan
kreasi-kreasi “camera manianya” Agatha mengatakan bahwa both of us are crazy with ideas. Hadirin dipersilahkan berbuka puasa,
mengambil/ membeli buku dan semua sibuk saling meminta tandatangan, suatu sore hari yang akan akan lama dikenang
oleh yang hadir....