Minggu, 13 Oktober 2013

Bincang Foto JAY SUBIAKTO di LFCN



Jay berhasil mengajak para hadirin kedalam dunia fotografinya. Dimulai dengan contoh-contoh foto seniman Indonesia yang berhasil menembus balai lelang Christie dan Sotheby’s , Jay membawa para fotografer ke dunia yang “berbeda” . 
Jay memang fotografer yang berbeda, unik, langka dan kreatif. Foto-fotonya kuat membawa pesan.  Salah satu foto pertamanya yang ditampilkan adalah bangunan tua yang langit-langitnya rusak:bangunan terlantar di Sawah Lunto. Menurut Jay, semua tempat penambangan hasil bumi, ditinggalkan terlantar setelah masa emas penambangan daerah tersebut sudah sirna. Makanya Jay menentang penambangan dan perusakan alam, caranya? Ya dengan menayangkan foto-foto berupa bukti konkrit yang disajikan secara sangat impresif, sekali melihat, kita akan mengingat. Bagi Jay yang suka memotret sejak sekolah menengah, foto adalah ekspresi pikiran dan suatu foto tidak perlu terlalu tajam, beliau malah menyukai mirror lens Nikon 500mm nya , yang memang tidak bisa menghasilkan foto setajam silet.  
 Kebanyakan foto dan videonya menggambarkan awan yang gelap, ber gelora, miskin warna , bagaikan mimpi buruk sebelum badai namun sangat spesifik “jay banget”.   Sebetulnya Jay lebih menyukai visualisasi melalui sinematografi karena lebih bisa menyampaikan pesan dan ide, namun saat itu membuat film sangat ribet di editing: seluloid harus dipotong dan disambung, dsb. Makanya begitu DSLR dapat mengambil video, Jay langsung terjun menggunakan 5d untuk membuat video-video klipnya. Video klipnya tentang lagu Chrisye “pergilah kasih” adalah video klip pertama yang ditayangkan di MTV Asia yang diambil dengan kamera DSLR.   
Kreatif dan idealisme membuat karya Jay berbeda sekali dengan seniman lainnya. Jay mengaku mendapatkan ide kreatifnya dengan banyak melihat foto-foto, video-video dan kemudian memutuskan untuk “tidak akan membuat foto atau video” semacam itu, karena harus berbeda dengan fotografer lain. Sekarang Jay menggunakan Nikon D800 untuk videonya.

Buat Jay, ketajaman suatu foto adalah tidak penting, yang penting adalah foto yang kreatif, artistik, berbicara dan impresif. Setelah menayangkan foto-fotonya, akhirnya Jay menayangkan juga video hasil karyanya. 
Video tentang “petualangannya” ke kutub selatan, air terjun Iguatsu di Argentina-Brazilia, iklan gudang garam, iklan citra beauty lotion,kekayanan alam Indonesia Raja ampat dsb.   Setiap kali video klip selesai ditayangkan, para hadirin spontan bertepuk tangan, memang luar biasa.  Sayangnya idealisme Jay tidak selalu disambut dunia komersial dengan pikiran terbuka. Video klipnya tentang GG menggambarkan kekuatan “pria sejati” dimana Jay melakukan sesuatu yang kolosal, menggunakan banyak tentara (mungkin 1 batalion) , dan membuat seolah para pria perkasa ini muncul keluar dari lumpur, lompat dan langsung melesat dengan kekuatan otot penuh yang menggambarkan pria perkasa sejati.  
 Sayangnya iklan ini hanya ditayangkan 1 hari, menurut Jay ada pengusaha penguasa yang berhasil melarang karena  settingan yang dipakai adalah lumpur Lapindo.  Sulit menceritakan presentasi Jay dengan kata-kata, seharusnya ada rekaman audio visual. Mengikuti presentasi Jay, arsitek yang lebih dikenal sebagai artis, sutradara,  fotografer yang karyanya diminati di Balai lelang dunia dan juga banyak menggeluti dunia entertainment adalah suatu pengalaman unik tersendiri. Jay yang jarang tampil sebagai entertrainer, mau sharing khusus untuk Candra Naya, karena selain Jay sudah mengenal Candra Naya sejak lama, Jay juga “ digiring” sahabatnya sejak SMA, yaitu Indra Prameswara (Mpe).
Di akhir kata Jay menitipkan pesan bahwa Candra Naya pasti mampu memberikan sesuatu bagi bangsa, yaitu melalui foto-foto yang berbicara pada publik, foto-foto yang menggambarkan bahwa perbedaan ke anekaragaman suatu bangsa adalah indah, foto yang menggambarkan keindahan dan keragaman budaya Indonesia , dst. Ini berguna untuk menangkis sebagian kecil masyarakat Indonesia yang hanya memikirkan bisnis diri sendiri, tanpa memperdulikan kerusakan alam dan juga memaksakankeseragaman dengan menghancurkan keragaman budaya.   (edd, 8 Oktober 2013) 

Tidak ada komentar: