Liputan Pertemuan
LFCN 21 Okt 2014
Bertempat di Auditorium Samafitro, pertemuan LFCN dihadiri
lebih dari 70 fotografer.
Diawali dengan pengenalan dan promo mesin cetak HP , para
hadirin dapat melakukan test print sampai ke ukuran 60x90 cm. Hasil cetaknya ber-akurasi
tinggi, kaya dengan nada warna ataupun gradasi hitam putih. Lagi pula hasil
cetak , menggunakan tinta yang kekuatannya beberapa kali umur manusia, yaitu
sampai 200 tahun .
Ketua LFCN memberikan sambutan singkat, dilanjutkan dengan
pemberian sertifikat PPSA kepada anggota Rafly Rinaldy dan Slamet Adijuwono.
Beberapa PPSA lain berhalangan hadir. Sertifikat ini dibawa sendiri dari Amrik
oleh PSA representative untuk Indonesia (Agatha Bunanta).
Acara yang ditunggu tunggu adalah Jerry Aurum dengan topik “
Behind the scene buku ON WHITE” yaitu buku yang berisi 128 foto tokoh/ public
figure yang dikumpulkan Jerry tidak kurang
dari kurun waktu 7 tahun. Karena berbicara
dengan sesama fotografer, Jerry bisa menggunakan pemahaman dan bahasa yang
sama. Pengunjungpun banyak diskusi mengenai teknis sampai terciptanya buku “On
white” . Beberapa pertanyaan yang terlontar misalnya; Apakah Jerry meminta
model release dari semua tokoh di buku tsb?
Apakah Jerry di bayar atau mungkin membayar untuk modelnya? Sampai dimana
Jerry mengatur modelnya, atau sebaliknya ternyata beberapa model yang mengatur Jerry. Memotret aktor paling mudah, karena bisa
“main” dan asyik sendiri. Jerry tinggal
menangkap momen. Demikian juga dengan
“rocker” umumnya mudah di foto dengan karakter yang kuat. Yang menurut saya paling berkesan adalah foto
Ahok. Jerry sudah menghabiskan lebih
dari 100 shot, tetapi hasilnya masih tetap “garing”. Akhirnya Jerry meminta
sang wagub DKI berdiri sambil memejamkan mata. Jerry menginstruksikan supaya
membayangkan masalah paling rumit di DKI yang tidak pernah selesai, raut wajah
Ahokpun mulai berubah. Kemudian Jerry mengatakan lagi, sekarang bayangkan siapa
yang paling membuat anda susah untuk mengatur DKI. Disini wajah sang wagub
sudah lebih kelihatan lagi ekspresinya. Jerry mengkomando: sekarang silahkan buka mata. Jepret... didapatlah
wajah Ahok yang mengerenyit , yang tidak akan dilupakan oleh siapapun yang
melihatnya: body language yang “keras” , wajah yang garang, dongkol bercampur
amarah . Foto ini menurut saya salah
satu foto terkuat di buku ini.
Demikian juga dengan foto Cut Tari yang 3 tahun lalu sempat
menjadi bulan-bulanan sosial media, dan sekarang Cut berusaha comeback,
walaupun masih dengan banyak keraguan. Jerry meminta Cut hanya satu : membayangkan
dirinya berpapasan dengan orang-orang sekitarnya yang dari pancaran mata nya
menyiratkan sesuatu bagi Cut. Cut pun bereaksi, seolah membuat benteng bagi
dirinya dan ekspresinya nampak dengan jelas termasuk dalam raut bibirnya.
Salah satu foto yang juga kuat dan wow yaitu Ivan Gunawan,
Jerry hanya memotret sepasang mata Ivan, dan alamak...... feminin bener tuh
mata.
Tidak bisa diceritakan satu-persatu, yang penting para
hadirin merasa bahwa komunikasi dengan Jerry terasa mengalir dengan lancar,
blak-blakan dan seadanya. Tidak ada rahasia yang tidak dibuka oleh Jerry,
karena ini toh untuk sesama rekan fotografer.